Senin, 04 Januari 2016

Sejarah Klaten



Penelusuran Hari Jadi Kabupaten Klaten
Daerah yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Klaten merupakan daerah kuno, dalam arti sudah dihuni oleh manusia sejak masa peradaban Hindu dimulai di tanah jawa.
Pada masa awal berdirinya kerajaan-kerajaan hindu jawa, klaten telah tampil kemuka, terbukti ditemukannya peninggalan-peninggalan Hindu-Budha di daerah ini, seperti candi, prasasti, dan benda-benda logam. Hal ini dapat dilihat dari nama-nama desa (daerah) di wilayah kabupaten klaten yang keberadaannya dapat dirunut hingga pada masa Hindu-Budha, seperti Puluwatu (Sekarang Desa Puluh Watu), Gumulan (Desa Gumulan, Kalikotes), Wadi hati (Desa Wedi), Mirah-Mirah (Desa Muruh) dan Upit (Ngupit Kecamatan Ngawen). Bahkan di daerah Ngupit juga diketemukan sebuah prasasti yang berkaitan dengan pendirian desa tersebut sebagai desa perdikan.   Prasasti Upit dikeluarkan oleh rakai Kayuwangi dan bertanggal 11 Nopember 866 M.

Pada masa Kerajaan Islam (Demak,Pajang,Mataram) daerah klaten yang termasuk wilayah negaragung (Negara Agung) juga menyimpan kisah-kisah sejarah yang terdokumentasi dalam cerita rakyat, babad, dan sumber sejarah lainnya. Kisah tentang Kyai Melati yang dipercaya masyarakat klaten sebagai “cikal bakal” kota Klaten merupakan awal adanya pemukiman di kota Klaten. Dari Kyai Melati inilah nanti muncul kata Klaten, namun demikian hingga akhir abad ke-18, nama Klaten belum pernah disebut, baik dalam sumber sejarah tradisional maupun kolonial.

Nama Klaten baru muncul dalam sumber sejarah, ketika desa ini dipilih sebagai tempat pendirian Benteng (Loji). Benteng (Loji) sebagai pusat kekuasaan pemerintah kolonial, setiap pendirian selalu dicatat dan diarsipkan oleh pegawai kolonial. Apalagi benteng (loji) klaten yang disebut juga dengan loji klaten, memiliki fungsi militer dan administrasi yang penting, karena berada tepat di tengah antara kekuasaan Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, maka segala aktifitas berkaitan dengan benteng (loji) selalu tercatat dengan baik. Pendirian benteng (loji) klaten yang peletakan batu pertamanya dimulai pada hari sabtu, 28 Juli 1804. Pendirian benteng (loji) di desa Klaten dapat dianggap sebagai awal munculnya sebuah pemerintahan supra desa, karena benteng (loji) merupakan simbol kekuasaan, baik tradisional maupun kolonial.

Berdasar pada pendirian benteng inilah, maka pada tahun-tahun berikutnya klaten dipilih sebagai tempat kedudukan pos tundhan pada tanggal 12 Oktober 1840, Kabupaten Gunung Polisi pada tanggal 5 Juni 1847 (berdasarkan Staatsblad no.30 tahun 1847, Staatsblad no.32 tahun 1854 dan Staatsblad no. 209 tahun 1874) dan Kabupaten Pangreh Praja pada tanggal 12 Oktober 1918 (berdasarkan Rijksblad Surakarta, no.23 tahun 1918).

Melihat sejarah-sejarah yang terjadi di Kabupaten Klaten seperti di atas, maka tim penggali hari jadi Kabupaten Klaten memilih tanggal pendirian benteng Klaten sebagai hari dan tanggal kelahiran Kabupaten Klaten. Hal ini didasarkan pada peristiwa awal munculnya nama Klaten dalam sumber sejarah (dasar nomenklatur) dan asas kontinuitas peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di Klaten. Di samping itu dukungan sumber sejarah tertulis tentang pendirian Benteng Klaten juga menjadi dasar dipilihnya tanggal 28 Juli 1804 sebagai hari lahirnya Kabupaten Klaten dan telah ditetapkan dengan Perda no.12 tahun 2007, tanggal 18 Juni 2007 tentang hari jadi Kabupaten Klaten.


Umbul Pluneng Klaten





Warga masyarakat Klaten sudah sepatutnya bersukur kepada Tuhan YME,atas kemurahan rizky yang telah diberikanNya diantaranya berupa sumber air bersih yang cukup berlimpah.Tentu tidak asing lagi bagi warga Klaten dan sekitarnya nama-nama sumber air alami seperti Jolotundo,Cokrotulung,Brintik dan Pluneng.Sumber air yang berupa umbul ini difungsikan untuk destinasi pariwisata dan wahana olah raga air yang sangat menarik.

Khusus umbul Pluneng berada di padukuhan Pluneng,desa Pluneng,kecamatan Kebonarum ,kabupaten Klaten.Lokasinya cukup strategis ,dan mudah di jangkau dengan kendaraan roda dua maupun empat.Kira-kira 5 kilometer arah barat dari kota Klaten atau 3 kilometer utara Pabrik Gula Gondangbaru melewati jalan yang cukup mulus.

Ada dua pemandian di lokasi ini,yang pertama berada di sisi timur jalan dengan nama Umbul Tirto Mulyani,atau lebih dikenal dengan sebutan Umbul Cilik.Ada juga warga yang menamainya Umbul Wadon.Memiliki kedalaman air sekitar 1,5 meter.Kejernihan air umbul ini menyebabkan terlihatnya dasar kolam secara jelas.Disebut umbul Wadon karena pemandian ini banyak dimanfaatkan oleh kaum perempuan.Kolam pemandian terbagi dua bagian dan ditengahnya terdapat sebuah arca kuna yang masih utuh.



Yang kedua berlokasi di barat jalan tepatnya dipinggir barat kampung terkenal dengan nama Umbul Tirto Mulyo atau familiar dengan sebutan Umbul Gedhe.Pemandian umbul besar ini terbagi menjadi tiga bagian,pertama untuk orang dewasa dengan kedalaman air 2,5 meter,kedua untuk remaja kedalaman air 2meter dan ketiga untuk anak-anak antara 1 – 1,5 meter.Seperti Tirto Mulyani disini kebeningan air umbul juga menyebabkan terlihat benda-benda yang berada didasar kolam secara jelas.

Pengeloaan pemandian dilakukan oleh pemerintah desa Pluneng bekerja sama dengan pihak ketiga.Setiap orang yang masuk ke Pemandian utamanya Umbul Gedhe diwajibkan membayar retribusi sebesar Rp 5.000,00,termasuk biaya parkir .Fasilitas yang disediakan berupa kamar ganti busana dan parkir kendaraan didalam. Apabila ingin mencuci kendaraan juga disediakan jasa pencucian di komplek pemandian dengan ongkos sangat murah yakni Rp 2.000,00 untuk roda dua dan Rp 3.000,00 untuk roda empat.Disekitar pemandian umum juga banyak terdapat warung kuliner.Pokoknya,berwisata dan berolahraga air di Pluneng dijamin Cespleng,demikian ungkapan promotif Widodo Danu warga dan tokoh masyarakat di Kebonarum kepada kontributor klaten info.

Salah seorang pengunjung dari Jogonalan  mengatakan mandi di Umbul Pluneng yang alami sangat terasa lebih nyaman  dan bersih,berbeda dengan pemandian buatan yang kini menjamur di Klaten.Warga lain Mbah Wiedada Sikenong yang kini berusia 65 tahun,mengaku sejak umur 10 tahun telah biasa berenang di Pluneng ,dengan naik sepeda angin dari Sikenong kota Klaten yang berjarak 5 km an.Bahkan Wiedada yang saat ini bermukim di Jakarta masih ingat betul 55 tahun yang lalu didekat Umbul Cilik tumbuh pohon durian yang rimbun,sekarang pohon itu telah ditebang dan sehingga terasa gersang serta panas,katanya di jejaring sosial paska bernostalgia di Pluneng.


Minggu, 03 Januari 2016

Wisata Candi Plaosan Klaten






Anda tak perlu terburu-buru kembali ke penginapan usai berkunjung ke Candi Prambanan, sebab tidak jauh dari candi Hindu tercantik di dunia itu anda juga akan menemui candi-candi lain yang sama menariknya. Melaju ke utara sejauh 1 km, anda akan menemui Candi Plaosan, sebuah candi yang dibangun oleh Rakai Pikatan untuk permaisurinya, Pramudyawardani. Terletak di Dusun Bugisan Kecamatan Prambanan, arsitektur candi ini merupakan perpaduan Hindu dan Budha.

Kompleks Plaosan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat semedi berbentuk gardu di bagian barat serta stupa di sisi lainnya. Karena kesamaan itu, maka kenampakan Candi Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa jika dilihat dari jauh sehingga sampai sekarang Candi Plaosan juga sering disebut candi kembar.

Bangunan Candi Plaosan Lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah halaman itu terdapat pendopo berukuran 21,62 m x 19 m. Pada bagian timur pendopo terdapat 3 buah altar, yaitu altar utara, timur dan selatan. Gambaran Amitbha, Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya terdapat di altar timur. Stupa Samantabadhara dan figur Ksitigarbha ada di altar utara, sementara gambaran Manjusri terdapat di altar barat.

Candi Plaosan Kidul juga memiliki pendopo di bagian tengah yang dikelilingi 8 candi kecil yang terbagi menjadi 2 tingkat dan tiap-tiap tingkat terdiri dari 4 candi. Ada pula gambaran Tathagata Amitbha, Vajrapani dengan atribut vajra pada utpala serta Prajnaparamita yang dianggap sebagai "ibu dari semua Budha". Beberapa gambar lain masih bisa dijumpai namun tidak pada tempat yang asli. Figur Manujri yang menurut seorang ilmuwan Belanda bernama Krom cukup signifikan juga bisa dijumpai.

Bagian Bas relief candi ini memiliki gambaran unik pria dan wanita. Terdapat seorang pria yang digambarkan tengah duduk bersila dengan tangan menyembah serta figur pria dengan tangan vara mudra dan vas di kaki yang dikelilingi enam pria yang lebih kecil. Seorang wanita ada yang digambarkan sedang berdiri dengan tangan vara mudra, sementara di sekelilingnya terdapat buku, pallet dan vas. Krom berpendapat bahwa figur pria wanita itu adalah gambaran patron supporter dari dua wihara.




Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi utama, demikian pula candi perwara yang ukurannya lebih kecil. Bila berjalan ke bagian utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua buah prasati juga bisa ditemui, yaitu prasasti yang di atas keping emas di sebelah utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris pertama.

Salah satu kekhasan Candi Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Krom berpendapat teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Menurutnya, hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha).

Jika melihat sekeliling candi, anda akan tahu bahwa Candi Plaosan sebenarnya merupakan kompleks candi yang luas. Hal itu dapat dilihat dari adanya pagar keliling sepanjang 460 m dari utara ke selatan serta 290 m dari barat ke timur, juga interior pagar yang terdiri atas parit sepanjang 440 m dari utara ke selatan dan 270 m dari barat ke timur. Parit yang menyusun bagian interior pagar itu bisa dilihat dengan berjalan ke arah timur melewati sisi tengah bangunan bersejarah ini.




Naskah: Yunanto Wiji Utomo
https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/plaosan/ 

Wisata Candi Merak Klaten





Karangnongko ~ Candi Merak ,dimanakah itu ? Adanya pertanyaan tersebut dinilai sangat wajar,mengingat  keberadaan candi yang satu ini belum familiar dan sepopuler candi-candi lain di wilayah kabupaten Klaten seperti candi Plaosan,candi Sewu dan candi Jongrang.

Candi Merak tepatnya berada di padukuhan Candi,desa Karangnongko,kabupten Klaten,provinsi Jawa Tengah. Menurut Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah  luas kompleks candi Merak sekitar 2.000 meter persegi.Candi Merak terdiri dari satu candi induk yang menghadap ke timur dan tiga candi perwara yang semua menghadap ke barat ke arah candi induk. Candi induk berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 8,38 x 8,38 m,tinggi 12 meter. Penampil candi berukuran panjang 155 cm dan lebar 160 cm. Pipi tangga berukuran panjang 230 cm dan lebar 252 cm.Di dalam Candi Merak terdapat Lingga Yoni yang berada di dalam bilik candi utama. Selain Lingga Yoni terdapat pula arca Durga yang menempati relung utara dan Ganesha yang berada di relung barat. Selain itu terdapat arca-arca lain di sekitar halaman candi Merak seperti Nandi dan dewa-dewa lain dalam agama Hindu ,sesuai sifatnya yakni candi Hindu. 



Menurut salah seorang petugas penunggu , candi ini dibuat pada zaman Mataram Kuna.Pada masa Wangsa Syailendra yang menganut agama Hindu Syiwa.Pertama kali ditemukan sekitar tahun 1925. Saat itu candi berada pada sebidang lahan yang ditumbuhi sebatang pohon Joho raksasa. Rupanya rimbunnya  pohon Joho menyebabkan banyak burung Merak bertengger dan tidur di atas pohon setiap hari. Saking tuanya umur pohon Joho , suatu ketika pohon tersebut roboh.Dibawah perakaran pohon besar itu ternyata tersimpan reruntuhan sebuah candi yang ditemukan berupa arca dan bebatuan.Candi yang ditemukan saat itu belum memiliki nama,mengingat pohon Joho yang tumbuh kala itu dijadikan “rumah” burung Merak maka sebagai tetenger candi tersebut  dinamakan “Candi Merak”
                                         
Kondisi candi Merak saat ini telah terlihat indah pasca pemugaran .Pemugaran candi dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dengan dana APBD Provinsi Jawa Tengah. Kronologi pemugaran dimulai dari bagian kaki selesai dipugar pada tahun 2007 ,sedangkan  bagian tubuh candi selesai dipugar pada tahun  2010. Sementara bagian atap candi rampung dipugar pada tahun 2011.

Keelokan arsitektur  bangunan candi Merak sejatinya tidak kalah manakala dibadingkan dengan candi-candi yang sepantaran pembuatannya seperti candi Sewu, candi Prambanan, dan candi Plaosan. Bahkan, konon candi ini seusia dengan candi Bima yang ada di Kompleks candi Dieng. Prakiraan ini atas dasar adanya kudhu dan kala makara di candi Merak yang identik  dengan yang ada di candi Bima di wilayah dataran tinggi kabupaten Wonosobo tersebut.

Barangkali ,diperlukan promosi dan publikasi secara terencana,terpadu serta berkelanjutan oleh para pihak terkait guna memperkenalkan benda cagar budaya berupa candi yang ada di Karangnongko ini .Banyak metode untuk itu salah satunya dilaksanakannya event pergelaran budaya secara berkala di komplek candi Merak.Akses menuju candi cukup bagus didukung infrastruktur jalan aspal serta berada dekat pusat pemerintahan kecamatan Karangnongko.

Menurut Arie Item DM warga setempat yang menulis dalam akun jejaring sosial bahwa sepertinya keberadaan candi Merak belum banyak dikenal wisatawan,dan sebenarnya wilayah kecamatan Karangnongko memiliki dua candi disamping Merak yang satu lagi namanya candi Bandung,terletak kurang lebih 500 meter di selatan SMPN 1 Karangnongko, imbuhnya.
  
Di eksposenya candi Merak nan indah sebagai salah satu destinasi pariwisata cagar budaya di kabupaten Klaten diharapkan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di sekitarnya,yang bermuara pada peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat.



Oleh : Kiswanto
http://karangnongko.klaten.info/2013/09/tak-kenal-maka-tak-sayang-candi-merak.html

KeindahanWisata Umbul Ponggok Klaten





Umbul Ponggok merupakan sebuah kolam alami yang dikembangkan menjadi wisata tirta yang cukup terkenal di Klaten. Aneka ikan warna-warni yang hidup di Umbul Ponggok dan dasar kolam yang indah menjadikannya sebagai lokasi favorit snorkeling. Tak hanya itu, Umbul Ponggok juga sering menjadi tempat latihan diving.

Snorkelling merupakan wisata air yang menyenangkan dan memiliki efek relaksasi. Untuk melakukan aktivitas ini wisatawan harus pergi ke laut dengan perairan yang tenang dan memiliki terumbu karang dan hewan laut yang indah. Karena itu aktivitas ini hanya bisa dilakukan oleh kalangan terbatas, sebab tidak semua laut bisa digunakan untuk snorkeling

Namun Anda yang tidak memiliki kesempatan untuk snorkelling di taman-taman laut yang indah, kini di Klaten terdapat lokasi snorkelling yang asyik. Anda tak perlu takut terbawa gelombang, sebab tempat snorkelling kali ini bukanlah laut melainkan sebuah sumber mata air alami yang segar dan sangat jernih bernama Umbul Ponggok. Kolam alami ini sudah ada sejak zaman Belanda, dengan ukuran 50 x 25 meter dan kedalaman rata-rata 1,5 – 2,6 meter tempat ini cocok digunakan untuk lokasi snorkelling.



Lokasi dan Harga Tiket Umbul Ponggok

Umbul Ponggok terletak di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Dari Yogyakarta bisa ditempuh kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Umbul Ponggok buka setiap hari mulai pukul 07.00 – 17.00 WIB.

Untuk masuk ke Umbul Ponggok wisatawan wajib membayar biaya retribusi sebesar Rp 5.000 per orang(oh iya harga bisa sewaktu waktu naik tergantung pengelola lokasi ya ). Bagi wisatawan yang ingin snorkeling namun tidak membawa peralatan, di Umbul Ponggok juga terdapat tempat penyewaan snorkeling. Berikut daftar harganya: kaki katak Rp 5.000, snorkel, Rp 10.000, pelampung Rp 5.000, ban Rp 5.000.




Tips Memotret di Umbul Ponggok

Salah satu hal yang harus dilakukan saat berada di Umbul Ponggok adalah melakukan sesi pemotretan di dalam air. Bagi wisatawan yang tidak memiliki kamera underwater tidak perlu khawatir. Di Umbul Ponggok terdapat jasa penyewaan kamera underwater dengan tarif Rp 60.000 untuk 30 menit dan Rp 100.000 untuk satu jam. Jika ingin pemotretan yang berkonsep, di tempat ini juga terdapat jasa pemotretan underwater dengan harga relatif murah.

Jika ingin melakukan pemotretan di Umbul Ponggok, wisatawan disarankan datang pada hari Senin – Jumat pukul 07.00 – 09.00 WIB atau pukul 14.00 – 16.00 WIB. Sedangkan pada akhir pekan Sabtu – Minggu untuk hasil yang memuaskan disarankan datang pukul 07.00 – 09.00 WIB. Pemotretan di pagi atau sore hari akan menghasilkan gambar yang lebih bagus karena air umbul lebih jernih dan sinar matahari masih dari samping bukan tepat di atas kepala. Selain itu pada siang hari jumlah pengunjung biasanya jauh lebih banyak sehingga tidak bisa leluasa mencari spot foto yang bagus.Namun jangan berkecil hati juga bagi yg ingin mengabadikan momen menggunakan kamera hp bisa juga kok menyewa waterprof khusus hp hasilnyapun juga ngga kalah bagus dengan kamera bawah air ,harganya pun bahkan lebih murah ketimbang menyewa kamera under water.